Gua Cerme adalah gua peninggalan sejarah yang terletak di dusun Srunggo, Selopamioro, Imogiri, Bantul atau sekitar 20 km selatan Yogyakarta. Gua Cerme memiliki panjang 1,5 km yang tembus hingga sendang di wilayah Panggang, desa Ploso, Giritirto, Kabupaten Gunungkidul. Kata cerme berasal dari kata ceramah yang mengisyaratkan pembicaraan yang dilakukan walisongo. Gua Cerme dulunya digunakan oleh para Walisongo untuk menyebarkan agama Islam di Jawa. Selain itu, gua Cerme juga digunakan untuk membahas rencana pendirian Masjid Agung Demak. Setiap Senin atau Selasa wage, selalu diadakan upacara syukuran untuk meminta berkah kepada Tuhan.
Sebelum
perjalanan menuju gua cerme kami sudah dinaungi rasa cemas karena cuaca Jogja
dan sekitarnya mendung kami mengkhawatirkan saat diperjalanan hujan. Setelah
kurang lebih 30 menit semua mahasiswa sudah berkumpul, ternyata kita pergi ke
gua cerme bersama dengan kelas PJKR E. Setelah semua siap kami segera berangkat
ke gua cerme walaupun masih dinaungi rasa cemas tetapi dibawa santai saja.
Setelah perjalanan 10 menit ternyata yang kami cemaskan datang juga yaitu
hujan, kami serombongan segera berhenti di tepi jalan dan memakai jas hujan.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dengan hujan-hujan. Ternyata ada
beberapa teman yang tidak membawa jas hujan otomatis mereka tidak bisa memakai
jas hujan tetapi mereka tetap melanjutkan perjalanan walaupun semua badan basah
semua.
Kira-kira sudah setengah perjalanan ternyata
hujan reda, kami berhenti untuk melepas jas hujan. Walaupun sudah memakai jas
hujan tetapi celana dan baju saya tetap basah karena hujan di sore itu memang
deras. Ternyata teman-teman yang lain sudah duluan dan Kami adalah rombongan
terakhir kira-kira ada tujuh motor. Kami sempat kebingungan di jalan karena
semua orang yang ada dirombongan tidak tahu jalan menuju gua cerme tetapi kami
tetap semangat untuk melanjutkan perjalanan walaupun hanya berpedoman pada
penunjuk jalan ke gua cerme. Kurang lebih tiga puluh menit kemudian kami sudah
sampai di gua cerme walaupun hanya berpedoman pada penunjuk jalan saja.
Setelah semua kendaraan diparkirkan
dengan rapi dan dikira sudah aman lalu kami menyiapkan peralatan yang akan
dibawa masuk ke gua. Senter adalah alat yang paling utama yang harus dibawa
karena di dalam gua sangat gelap. Tak lupa tas dan barang yang lainnya kami
masukkan di mobil ibu ketua yaitu fatunah.
Kamipun siap untuk menyusuri gua cerme yang konon katanya adalah tempat
persinggajan para wali. Sebelum masuk ke gua tak lupa bapak Hari selaku dosen
ALK mengabsen dan memberi wejangan/ petunjuk saat berada di dalam gua. Pak hari
memilih enam orang untuk ditempatkan di depan barisan, tengah, dan akhir
barisan agar keadaan di dalam gua bisa teratur dan tertib.
Setelah semua siap baik kelas PJKR A
maupun PJKR E dan pemandunya juga sudah siap mulailah kami akan berpetualang di
dalam gua. Sebelum masuk tak lupa kami berdoa dulu di bibir gua untuk
keselamatan yang mengikuti kegiatan kali ini. Setelah semua selesai pemandu
menyuruh kami untuk menyalakan senter masing-masing, pelan-pelan kami menuruni
anak tangga untuk start kami masuk ke dalam gua, beberapa langkah ke depan
ternyata kami sudah disuguhi oleh sungai yang ada di dalam gua, sebelumnya saya
belum tau kalau di gua cerme ada sungainya. Sedikit demi sedikit kami berjalan
ternyata bener-bener gelap tidak ada lampu penerangan sama sekali.
Tiga puluh menit telah berlalu saya
sudah tidak sabar untuk mengakhiri petualangan ini, tetapi kata pemandunya
perjalanan masih lama. Banyak batu-batu yang licin bahkan ada juga lumpur.
Maklum lah namanya gua untuk tempat berpetualang jadi semua masih asli tidak
ada yang diotak-atik oleh tangan manusia. Ternyata jalan yang kami lalui sangat
ekstrem, pertama ada kelelawar yang sempat menempel dibaju saya saat itu saya
sempat panik karena kaget, ada lubang yang tidak kelihatan karena tertutup oleh
air dan gelapnya suasana di dalam gua, ada juga tanjakan yang cukup menyusahkan
untuk dilewati, bahkan ada pula celah-celah sempit untuk kami lewati sehingga
kami harus menunduk sampai baju basah saat melewati celah tersebut itulah
sensasi yang saya alami saat menyusuri gua cerme.
Setelah kira-kira 1.5 jam kami
serombongan kurang lebih 10 orang sempat kesasar menuju tempat yang kami
sendiri tidak tahu dimana, jalan tempat tersebut sangat berlumpur dan sulit
untuk dilewati. Setelah kaki masuk lumpur kaki akan diangkat kaki terasa sangat
sulit. Untung saja kami masuk tidak terlalu jauh, kalau benar-benar kesasar
mungkin kami tidak tahu jadi apa. Ternyata kami berjalannya salah yang
seharusnya belok ke kiri kami malah lurus saja, untung orang yang terakhir
sempat balik ke jalan sebelumnya. Itulah kenangan kami saat berpetualang
menyusuri gua cerme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar